Era jurnalis AI telah dimulai beberapa tahun yang lalu, tetapi belakangan ini semakin banyak muncul, terutama di Asia. Beberapa negara, termasuk India, Tiongkok, dan Indonesia, telah menggunakan pembawa berita berbasis kecerdasan buatan atau AI untuk disiarkan di saluran televisi lokal dan nasional. Karena fitur dan kemampuannya yang unik, pembawa berita berbasis kecerdasan buatan atau presenter AI menjadi semakin populer di seluruh dunia.
Namun, jurnalisme yang dihasilkan oleh mesin masih tergolong baru. Dengan adopsi AI dalam berbagai bentuk, seperti AI generatif, penggunaan teknologi telah menjadi bagian dari peralatan industri. Empat tahun yang lalu, kepala penelitian dan pengembangan di The Journal, Francesco Marconi, menyatakan kepada New York Times bahwa AI telah menjadi suatu kebutuhan.
Proyeksinya ternyata tepat. Di era ChatGPT, redaksi di berbagai negara mulai mempertimbangkan cara memasukkan teknologi ini ke dalam newsroom, mulai dari alur kerja hingga lingkungan kerja. Di Asia, terdapat banyak bot berita AI yang muncul serta mulai membacakan informasi terkini — seringkali untuk membantu memenuhi kebutuhan budaya dan bahasa yang beragam.
Pada tahun 2018, Tiongkok mengklaim sebagai negara pertama di dunia yang memperkenalkan pembawa berita AI. Menurut kantor berita pemerintah Tiongkok, Xinhua, pembaca berita virtual tersebut dimaksudkan untuk ‘bekerja’ 24 jam sehari di situs web dan saluran media sosial untuk mengurangi biaya produksi berita. Presenter AI di Tiongkok sendiri muncul sekitar lima tahun yang lalu, dan bagi presenter berita di Xinhua yang sudah memiliki naskah dan kontrol yang ketat, pembawa berita AI dianggap sebagai langkah yang lebih maju.