Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali masuk bursa calon penerima Hadiah Nobel Perdamaian atas perannya dalam mediasi berbagai konflik internasional. Beberapa pemimpin dunia mengajukan atau menjanjikan nominasi untuk Trump, termasuk Perdana Menteri Kamboja Hun Manet yang mengirim surat nominasi ke Komite Nobel Perdamaian Norwegia. Hun Manet mengakui “kenegarawanan luar biasa” Trump dalam menghentikan konflik perbatasan Thailand-Kamboja pada Juli lalu yang berhasil mencegah kejatuhan banyak nyawa dan membuka jalan menuju perdamaian.
Trump juga mendapat dukungan dari Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev setelah pertemuan di Washington yang mengakhiri konflik Nagorno-Karabakh. Dukungan juga datang dari Presiden Gabon dan Menteri Luar Negeri Rwanda atas peran Trump dalam kesepakatan damai antara Rwanda dan Republik Demokratik Kongo. Di tengah dukungan internasional, Trump tetap pesimistis terkait kemungkinan menerima Hadiah Nobel Perdamaian yang akan diumumkan pada bulan Oktober mendatang.
Namun, masih ada konflik seperti Rusia-Ukraina dan konflik di Gaza yang menimbulkan pertanyaan terkait apakah peran Trump dapat mengakhiri atau memperburuk situasi. Komite Nobel menerima ratusan nominasi setiap tahun tanpa mengungkapkan daftar resmi hingga beberapa dekade mendatang. Menarik untuk melihat apakah Trump akan menjadi penerima Hadiah Nobel Perdamaian untuk upayanya dalam meredakan konflik global.