Tokyo – Toyota Industries Corporation (TIC) memberikan penjelasan tentang penyebab penyimpangan dalam uji sertifikasi tiga jenis mesin diesel Toyota.
Hal itu terjadi karena kurangnya komunikasi yang cukup dengan Toyota Motor Corporation (TMC). Pernyataan tersebut muncul dalam siaran pers TIC yang dilihat Carmudi pada 29 Januari 2024.
“Dalam situasi di mana peran pengembangan mesin berkembang, pekerjaan tes output dilakukan tanpa komunikasi dan penyelarasan yang cukup mengenai proses pengujian serta prosedur yang diperlukan,” jelas TIC.
TIC merupakan perusahaan yang ditugaskan TMC untuk mengembangkan mesin dieselnya. Pada Senin (29/1/2024) kemarin TMC memberi pernyataan adanya penyimpangan dari regulasi dalam proses pengujian untuk sertifikasi.
Adapun peran TIC dalam pengembangan mesin diesel ini ialah melakukan tes-tes dan memberikan data yang diperlukan. Namun, dalam prosesnya terdapat pengaturan pada fuel injection untuk mendapatkan hasil yang disebut “terlihat lebih baik”. Sementara TMC menyebut tes tersebut dilakukan menggunakan ECU yang perangkat lunaknya berbeda dengan produksi massal. Kasus ini mencakup tiga jenis mesin diesel, yakni 1GD, 2GD, dan F33A.
TIC menyampaikan bahwa awalnya pihaknya menemukan penyimpangan terhadap regulasi domestik di Jepang terhadap sertifikasi emisi forklift dan mesin-mesin konstruksi.
Berdasarkan permintaan perusahaan, akhirnya dibentuk komite investigasi yang bekerja secara independen untuk menemukan kemungkinan adanya penyimpangan lain. Hasilnya ditemukan penyimpangan juga pada mesin diesel yang digunakan pada mobil Toyota dan tiga merek lain, yaitu Hino, Lexus, dan Mazda. Pihak Toyota sudah melaporkan temuan ini kepada otoritas terkait di Jepang. Sementara itu, dalam keterangan terpisah, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menyebut masalah ini tak berdampak pada mobil diesel Toyota di Indonesia.