Sebuah perkembangan baru dalam perang Gaza kembali mencuat. Israel mengancam Hamas dan hal ini mengancam keseimbangan gencatan senjata yang sudah ada. Hamas merespons dengan menuduh Israel melakukan pemerasan murahan. Israel mengeluarkan ancaman terkait kelanjutan fase pertama perjanjian gencatan senjata yang telah berakhir, namun negosiasi masih belum mencapai titik sepakat. Pernyataan dari kantor Perdana Menteri Israel mengindikasikan ketidakyakinan terhadap proposal-presiden Amerika Serikat yang ditujukan kepada Hamas. Sementara Hamas menolak rumusan perpanjangan fase satu gencatan senjata dan langsung mendesak untuk melanjutkan ke fase kedua.
Di tengah ketegangan tersebut, warga Gaza merasa tertekan dan gencatan senjata dinilai sangat rapuh. Israel menegaskan bahwa kelaparan di Gaza adalah kebohongan serta memiliki hak untuk memblokir bantuan menuju Gaza. Demonstrasi pun digelar di depan rumah menteri pemerintah Israel dengan tuntutan agar gencatan senjata dilanjutkan. Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB memperingatkan tentang potensi pecahnya perang baru di Gaza akibat kesulitan mencapai kesepakatan gencatan senjata permanen.
Selain itu, AS mengumumkan persetujuan penjualan senjata dan perlengkapan terkait senilai lebih dari US$3 miliar kepada Israel, dalam rangka membantu Israel mempertahankan kemampuan pertahanan. Sementara itu, Swiss akan menjadi tuan rumah konferensi internasional untuk membahas perlindungan warga sipil Palestina di wilayah yang diduduki.
Semua perkembangan ini menjadi sorotan internasional yang mempertegas situasi yang tegang di Gaza, di mana gencatan senjata terancam dan negosiasi terus berlangsung tanpa titik terang.