Militer Israel terus memperluas serangannya di Kota Gaza dan sekitarnya, termasuk dalam operasi menonaktifkan terowongan bawah tanah dan struktur yang dipasangi ranjau. Otoritas kesehatan Gaza menyebutkan setidaknya 34 warga Palestina tewas akibat serangan tersebut. Selain itu, pembongkaran gedung-gedung tinggi di Kota Gaza- termasuk distrik Sheikh Radwan dan Tel Al-Hawa- menjadi bagian dari ofensif yang dilakukan oleh Militer Israel. Puluhan menara tinggi di Kota Gaza telah hancur dalam dua pekan terakhir, menyebabkan sekitar 350.000 orang meninggalkan Kota Gaza sementara 600.000 jiwa masih tinggal di kota tersebut.
Konflik ini juga mencakup isu sandera, dimana Hamas merilis gambar korban sandera sebagai peringatan terhadap kelangsungan operasi militer. Di tengah eskalasi ini, 10 negara termasuk Australia, Belgia, Inggris, dan Kanada akan mengakui negara Palestina secara resmi dalam pertemuan para pemimpin di Majelis Umum PBB. Sejak awal perang dua tahun lalu, dampak peperangan di kawasan tersebut sudah sangat besar dengan lebih dari 65.000 warga Palestina tewas, adanya kelaparan yang meluas, dan hancurnya sebagian besar infrastruktur kota.
Israel menegaskan bahwa krisis kemanusiaan serta isu kelaparan seharusnya tidak dibesar-besarkan, dan menyerukan agar Hamas menyerah, membebaskan sandera, dan membubarkan sayap militernya sebagai syarat untuk menghentikan perang. Namun, Hamas menolak untuk menyerah selama negara Palestina belum terbentuk. Eskalasi konflik ini terus berlanjut, meninggalkan dampak yang meluas di kawasan tersebut.
