Media asing memberikan sorotan terhadap perombakan kabinet yang dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto. Dalam laporan terbaru, Arab News menyoroti reshuffle kabinet yang dianggap mengejutkan dalam Kabinet Merah Putih. Perombakan tersebut terjadi hanya seminggu setelah lima menteri dicopot dari jabatannya sebagai dampak dari protes anti-pemerintah yang mengakibatkan kematian beberapa orang.
Demonstrasi massal yang terjadi di Jakarta pada akhir Agustus, yang dipicu oleh berbagai faktor seperti besar tunjangan anggota parlemen, kenaikan biaya hidup, dan kesenjangan, berujung pada kekerasan yang menewaskan sejumlah orang. Pasca perombakan kabinet minggu lalu, Prabowo kemudian menunjuk 11 pejabat baru, termasuk Erick Thohir yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri BUMN yang kini menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga.
Sayangnya, perombakan kabinet tersebut tidak sepenuhnya memenuhi tuntutan para pengunjuk rasa, seperti yang diungkapkan oleh beberapa aktivis seperti Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid. Penunjukkan pejabat dengan latar belakang militer untuk posisi tertentu dinilai tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Meskipun demikian, penunjukan ini dianggap hanya sebagai pertukaran pejabat politik dan tidak menyentuh akar permasalahan yang sebenarnya.
Selain dari Arab News, Channel News Asia (CNA) dari Singapura juga memberi sorotan terkait reshuffle kabinet Prabowo. Mereka mencatat demonstrasi ojek online yang hanya dihadiri oleh sekitar 100 orang, sedangkan rencana sebelumnya memprediksi partisipasi hingga 5.000 orang. Perombakan kabinet ini juga menimbulkan pertanyaan terkait posisi kosong menteri BUMN dan pengangkatan Djamari Chaniago sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan yang sebelumnya memiliki latar belakang militer.
