Indonesia, dengan ribuan pulau yang membentang, masih menghadapi tantangan besar dalam menyediakan layanan kesehatan yang merata. Banyak warga yang harus melakukan perjalanan jauh hanya untuk bisa bertemu dengan dokter atau mendapatkan fasilitas medis yang dibutuhkan. Meskipun demikian, teknologi kecerdasan buatan (AI) berpotensi menjadi solusi untuk menjembatani kesenjangan ini. Namun, adalah hal yang penting bagi tenaga medis dan pasien untuk tetap berhati-hati terhadap risiko-risiko seperti hallucination yang mungkin timbul. Penggunaan AI haruslah dibarengi dengan pengawasan dari tenaga medis yang berpengalaman agar keselamatan pasien tetap terjamin.
Dalam konteks ini, Dr. Nikolai menegaskan bahwa meskipun AI bisa memberikan kemudahan, namun tetap harus ada peranan manusia dalam proses tersebut. AI seharusnya dianggap sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti tenaga medis. Oleh karena itu, bagi pasien disarankan untuk tidak hanya bergantung pada hasil dari aplikasi AI atau chatbot. Konsultasi langsung dengan dokter masih merupakan hal yang sangat penting untuk memastikan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Dengan menggabungkan kecerdasan buatan dan kecerdasan manusia secara tepat, layanan kesehatan di Indonesia bisa terus meningkat tanpa mengorbankan keselamatan pasien. Kesadaran akan risiko-risiko seperti hallucination adalah langkah awal yang penting agar implementasi teknologi AI ini bisa memberikan manfaat positif bagi masyarakat secara luas.