Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Fika Rachmawati, Nur Intania Sofianita, Ibnu Malkan Bakhrul Ilmi, dan Iin Fatmawati dari Program Studi Gizi Program Sarjana, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta mengungkapkan pola konsumsi mie instan dan aktivitas fisik remaja SMA Taman Harapan 1 Kota Bekasi. Dalam penelitian ini, disebutkan bahwa konsumsi mi instan di Indonesia terus meningkat, sementara pola konsumsi anak muda bergeser.
Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa angka ketidakseimbangan gizi di kalangan anak muda di Indonesia cukup tinggi. Hal ini terlihat dari persentase remaja dengan status gizi yang tidak seimbang, seperti status gizi sangat pendek, kurus, sangat kurus, berat badan berlebih, dan obesitas.
Penelitian UNICEF menunjukkan bahwa perubahan pola makan remaja dan minimnya aktivitas fisik menjadi faktor penyebab tingginya angka ketidakseimbangan gizi. Remaja cenderung menghabiskan waktu luang dengan aktivitas tidak aktif seperti menggunakan alat elektronik, transportasi daripada berjalan kaki, dan mengonsumsi makanan olahan, termasuk mi instan.
Dalam konteks ini, produksi mi instan di Indonesia juga terus meningkat, mencapai 13,27 miliar bungkus per tahun pada tahun 2021. Data dari World Instant Noodle Association (2022) menunjukkan peningkatan ini dari tahun sebelumnya. Perlu perhatian lebih terhadap pola konsumsi mi instan dan aktivitas fisik remaja untuk menjaga kesehatan gizi mereka.