Konflik di perbatasan Thailand dan Kamboja telah mencapai titik terbang yang berujung pada bentrokan bersenjata pada Kamis (24/7/2025) pagi. Bangkok meluncurkan serangan udara menggunakan jet tempur F-16 ke posisi militer Kamboja sebagai tanggapan atas serangan roket dan tembakan artileri dari Phnom Penh. Peristiwa ini merupakan eskalasi dari ketegangan yang telah berlangsung sejak Mei lalu.
Militer Thailand menggunakan jet tempur F-16 untuk menyerang wilayah Kamboja, menghancurkan target militer. Serangan tersebut dilakukan sebagai bagian dari rencana operasi Thailand setelah situasi terus memanas. Respons dari militer Thailand diduga sebagai balasan atas serangan dari Kamboja yang menyasar warga sipil di Provinsi Surin.
Dampak dari bentrokan ini sudah dirasakan, dengan setidaknya sembilan warga sipil tewas dan 14 lainnya mengalami luka-luka. Lebih dari 40.000 warga dievakuasi ke lokasi yang lebih aman dalam rangka meningkatkan keamanan di wilayah yang terdampak. Krisis ini semakin memanas setelah Thailand menarik duta besarnya dari Phnom Penh dan meminta Kamboja untuk melakukan hal yang sama.
Respon dari komunitas internasional pun mulai muncul, termasuk dari China. Beijing menyatakan keprihatinan yang mendalam mengenai situasi tersebut dan mengimbau warga China di Kamboja untuk meningkatkan kewaspadaan. Malaysia juga turut angkat bicara, meminta Thailand dan Kamboja untuk segera meredakan ketegangan dan menempuh jalur negosiasi untuk mencapai perdamaian.
Tak hanya itu, PM Kamboja Hun Manet juga meminta Dewan Keamanan PBB untuk menggelar pertemuan darurat guna menghentikan agresi yang dianggap sangat serius dari Thailand. Bentrokan ini menjadi perhatian global karena dapat mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan. Semua pihak diharapkan dapat menemukan solusi damai dan menjaga keamanan wilayah tersebut agar tidak semakin memburuk.