Setiap tahun pada tanggal 17 Mei, Indonesia merayakan Hari Buku Nasional (Harbuknas) sebagai momen yang penting untuk merangsang minat dalam membaca buku. Perayaan ini bukan hanya sekadar sebagai simbol literasi, tetapi juga sebagai panggilan untuk menyadari manfaat besar yang didapat dari membaca, baik untuk kecerdasan maupun kesehatan tubuh dan mental.
Tanggal 17 Mei dipilih sebagai Hari Buku Nasional karena sama dengan hari berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada tahun 1980. Selain itu, penetapan Harbuknas resmi dilakukan pada tahun 2002 oleh Menteri Pendidikan Abdul Malik Fadjar. Saat itu, data UNESCO menunjukkan tingkat melek huruf di Indonesia masih di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand.
Abdul Malik Fadjar, melalui Hari Buku Nasional, mendorong masyarakat untuk meningkatkan budaya membaca sebagai pondasi pembangunan bangsa. Dia juga berharap peringatan ini dapat menjadi dorongan untuk mengembangkan industri buku nasional yang saat itu tertinggal.
Tak hanya sebagai kegiatan yang memperkaya pengetahuan dan membuka wawasan, membaca buku juga terbukti memiliki dampak positif bagi kesehatan fisik dan mental. Aktivitas membaca adalah hal sederhana namun memberikan manfaat besar. Tidak dibutuhkan perlengkapan khusus, dapat dilakukan di mana saja, dan tidak terbatas usia. Membaca secara rutin dapat memberikan manfaat seperti memperpanjang umur, meningkatkan kualitas tidur, meningkatkan kecerdasan, dan menjaga kesehatan otak seiring bertambahnya usia.
Sebuah studi dari Mindlab International di University of Sussex pada tahun 2009 menemukan bahwa membaca dapat mengurangi tingkat stres hingga 68 persen. Studi ini bahkan menyebutkan bahwa membaca lebih efektif dalam meredakan stres daripada mendengarkan musik atau berjalan-jalan. Membaca memicu imajinasi secara aktif dan merangsang kreativitas, membawa seseorang ke dalam keadaan kesadaran yang positif dan mengurangi tingkat stres. Aktivitas membaca membuat otak lebih fokus dan rileks, hampir seperti efek meditasi.
