Sistem diagnosis yang dikembangkan memiliki tujuan untuk mendukung survei darah massal di lapangan dengan lebih efisien. Peneliti yang ahli dalam bidang pengolahan citra dan biometrik menekankan bahwa dengan adanya kecerdasan buatan (AI), proses pengamatan sel darah dapat dipercepat tanpa mengorbankan akurasi. Selain efisiensi, teknologi ini juga memiliki potensi untuk memberikan layanan diagnosis jarak jauh (remote diagnostics) yang sangat berguna terutama di daerah terpencil.
Dalam pengembangan sistem AI ini, pengetahuan dan pengalaman mikroskopis disimpan agar dapat mendukung tenaga kesehatan dengan pelatihan terbatas. Namun, penting untuk memperhatikan karakteristik dataset, kualitas data, pemilihan model, dan metode evaluasi performa yang tepat. Kolaborasi antara ahli komputasi dan peneliti biomedis adalah kunci utama agar teknologi ini dapat diandalkan dan memberikan manfaat nyata bagi pasien.
BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) optimistis bahwa teknologi AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan ketepatan diagnosis serta efisiensi layanan kesehatan, terutama di wilayah endemis. Untuk mendukung program eliminasi malaria di Indonesia, BRIN terus melakukan riset kolaboratif dan uji coba lapangan yang lebih komprehensif guna menyempurnakan sistem AI yang dikembangkan. Hanya dengan pemahaman yang baik atas konteks medis, teknologi AI dapat menjadi mitra strategis yang efektif dalam upaya pengendalian penyakit malaria di Indonesia.