Proses pembakaran dalam nyala api dimulai dengan menguapkan air untuk menjaga suhu api tetap rendah. Ini menyebabkan molekul besar dalam tar tidak terbakar sepenuhnya, menghasilkan asap hitam dan jelaga. Ketika kelembapan telah menguap, api mulai membakar lebih efisien, menghasilkan asap dengan warna yang lebih terang. Meskipun sempat memicu kebingungan pada konklaf tahun 1939 dan 1958, pada tahun 1970-an, metode ini ditingkatkan dengan campuran kimia yang lebih presisi untuk menghasilkan warna asap yang lebih jelas. Pada konklaf 2013, Vatikan mengkonfirmasi penggunaan campuran bahan kimia tertentu untuk menciptakan asap berwarna. Untuk menghasilkan asap hitam, campuran kalium perklorat, antrasena, dan sulfur digunakan. Saat campuran ini dibakar bersamaan dengan surat suara, pembakarannya tidak sempurna, menghasilkan sejumlah besar partikel karbon yang tidak terbakar. Jelaga yang melimpah ini menyebabkan asap yang dihasilkan menjadi pekat dan berwarna hitam, menyerupai asap dari pembakaran minyak atau karet yang kaya akan partikel karbon.
Misteri Asap Hitam dan Putih Konklaf: Sains di Balik Pemilihan Paus Baru
Related articles