Seoul – Hyundai Motor Company membuat teknologi elektrifikasi Extended Range Electric Vehicle (EREV) dan hybrid sebagai bagian penting dari rencananya untuk masa depan. Ini sebagai respons terhadap penurunan permintaan mobil listrik berbasis baterai atau Battery Electric Vehicle (BEV).
Sebagian besar konsumen mungkin mengenal Hyundai sebagai merek otomotif yang menjual mobil listrik berbasis baterai, seperti Ioniq 5 atau Ioniq 6 di pasar Indonesia. Namun, Hyundai kini melihat penurunan permintaan global untuk BEV. Oleh karena itu, merek asal Korea Selatan tersebut beralih fokus ke teknologi elektrifikasi lain, yaitu EREV dan hybrid.
Ini menjadi topik utama dalam CEO Investor Day yang diadakan Hyundai Motor Company di Seoul, Korea Selatan beberapa waktu lalu. Hyundai memiliki tujuan untuk mengatasi perlambatan EV dengan memperluas penawaran hybrid dan EREV baru serta meningkatkan model EV menjelang 2030 ketika pemulihan EV diharapkan.
Model EREV Hyundai akan menggabungkan mesin bakar internal dengan sistem penggerak EV. Hyundai mengklaim EREV baru akan memiliki jarak tempuh hingga 900 km ketika baterainya penuh.
Metode kerja EREV adalah menjadikan mesin bakar internal sebagai generator untuk mengisi baterai, sementara roda digerakkan oleh motor listrik. Produksi massal mobil EREV baru Hyundai akan dimulai di Amerika Utara dan China pada 2026, kemudian dijual sekitar setahun setelahnya.
Hyundai akan fokus juga pada kendaraan hybrid melalui sistem Transmission Mounted Electric Device (TMED) II. Mereka akan melipatgandakan jumlah model hybrid mereka dari tujuh menjadi empat belas, termasuk untuk merek Genesis.
Download Aplikasi Carmudi untuk mendapatkan informasi terbaru tentang mobil baru dan bekas serta dunia otomotif!