Sejak beberapa dekade terakhir, telah dilakukan banyak penelitian tentang potensi diagnosa TB melalui hembusan napas sebagai alternatif dari pemeriksaan dahak dan foto rontgen toraks. Meskipun penelitian tentang hembusan napas belum diterapkan dalam praktek klinik, namun telah ada kemajuan signifikan dalam tiga aspek, yaitu diagnosis, estimasi penularan, dan pemantauan respon pengobatan. Peran diagnosa melalui hembusan napas juga telah dibahas saat pandemi COVID-19 merebak, meskipun belum berkembang secara luas.
Sebuah artikel dalam “International Journal of Tuberculosis and Lung Disease” bulan Juli 2024 menyatakan bahwa diagnosa TB melalui hembusan napas akan meningkatkan pemahaman kita tentang penyakit infeksi paru-paru dan saluran napas, serta respon imun pasien terhadap penyakit tersebut. Harapannya, dengan kemajuan ini, TB di Indonesia dapat ditangani dengan lebih baik. Saat ini, Indonesia menjadi negara penyumbang kasus TB terbanyak kedua di dunia, maka upaya penanggulangan TB di tanah air sangat penting.
Prof Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI yang merupakan Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit, dan Mantan Kabalitbangkes Kemenkes, menegaskan pentingnya penelitian dan inovasi dalam penanganan TB untuk masa depan yang lebih baik.