Patriarki dan misoginis adalah dua konsep yang sering digunakan dalam diskusi tentang kesetaraan gender dan struktur sosial. Berikut penjelasannya:
Patriarki, berasal dari kata Yunani patriarkhēs yang berarti ‘aturan dari ayah’, merujuk pada sistem sosial ketika laki-laki menguasai sebagian besar kekuasaan sosial, ekonomi, politik, dan agama. Dalam sistem ini, warisan biasanya diturunkan melalui garis keturunan laki-laki, menegaskan dominasi pria dalam berbagai aspek kehidupan.
Sosiolog Amerika terkenal, Allan Johnson, menjelaskan bahwa patriarki bukanlah tentang seorang pria atau sekelompok pria tertentu, melainkan jenis masyarakat — baik laki-laki maupun perempuan berpartisipasi.
“Sebuah masyarakat dianggap patriarkal sejauh mana masyarakat tersebut mempromosikan privilese laki-laki dengan cara didominasi oleh laki-laki, diidentifikasikan dengan laki-laki, dan berpusat pada laki-laki. Patriarki juga diorganisasikan di sekitar obsesi dengan kontrol dan melibatkan penindasan terhadap perempuan sebagai salah satu aspek kuncinya,” katanya.
Misoginis adalah kebencian atau tidak suka terhadap wanita atau anak perempuan. Perilaku misoginis dapat diwujudkan dalam berbagai cara, termasuk diskriminasi seksual, fitnah perempuan, kekerasan terhadap perempuan, dan objektifikasi seksual perempuan.
Misoginis sering dikaitkan dengan hak istimewa pria, adat patriarki, dan diskriminasi gender. Pada kasus tertentu, misoginis bahkan bisa meningkatkan risiko terjadinya kekerasan dan pelecehan seksual terhadap wanita.
Dalam masyarakat patriarkal, laki-laki sering diberi hak istimewa dan otoritas yang lebih tinggi, sementara perempuan diposisikan sebagai subjek yang lebih rendah. Hal ini dapat memicu perilaku misoginis karena laki-laki merasa memiliki hak untuk mengendalikan dan mengeksploitasi perempuan.