Anis menjelaskan bahwa rencana ini menggabungkan unsur tradisional pertahanan dengan teknologi, serta diplomasi modern.
Dengan demikian, hal tersebut dapat memperkuat kemampuan pertahanan Indonesia dan meningkatkan posisinya di tingkat internasional.
“Smart defense di sini kita artikan sebagai sistem pertahanan yang menggabungkan pertahanan militer dan non-militer dengan menggunakan teknologi canggih yang disinkronkan dengan diplomasi atau strategi ganda,” ujarnya.
Ia juga menyinggung penggunaan anti access atau aerial denial dengan menerapkan sistem pertahanan berlapis, virtual maritime gate system, air defense identification zone, cyber defense, dan pertahanan diplomasi.
Anis juga mengungkapkan adanya rencana pemindahan personel keamanan ke Ibu Kota Nusantara. Sebanyak 59.124 personel akan dipindahkan ke IKN, termasuk personel dari Kemhan, Mabes TNI, TNI AD, TNI AL, TNI AU, dan Paspampres yang akan dibagi dalam lima tahap pemindahan.