Hamas dilaporkan mulai melakukan perekrutan di Lebanon sejak tanggal 4 Desember lalu. Langkah ini menimbulkan kecaman dari beberapa partai politik dan pejabat utama Lebanon, yang menuduh kelompok Palestina tersebut melanggar kedaulatan negara mereka. Namun, para analis memperkirakan perekrutan untuk angkatan bersenjata paralel mungkin akan berakhir demi kepentingan hegemoni militer Hizbullah terutama di Lebanon selatan. Hamas diduga melakukan perekrutan di Lebanon melalui pengumuman di kamp-kamp pengungsi Palestina dan masjid-masjid di sana.
Menurut Hilal Khashan, seorang profesor ilmu politik di American University of Beirut, Hizbullah mencoba mendapatkan dukungan dari kelompok Sunni seperti Hamas di Lebanon dalam perjuangannya melawan Israel di Lebanon selatan. Namun, Khashan menekankan bahwa aktor lain tidak akan dapat bertindak secara independen karena Hizbullah sepenuhnya mengendalikan situasi perbatasan.
Hubungan antara Hamas dan Hizbullah kembali terjalin setelah perpecahan akibat perang saudara di Suriah. Beberapa anggota kepemimpinan Hamas kembali ke Lebanon, termasuk Saleh al-Arouri, Khalil al-Hayya, dan Zaher Jabarin. Pada tahun lalu, kepemimpinan Hamas mengungkapkan adanya “ruang keamanan bersama” untuk “Poros Perlawanan” – sebuah koalisi militer yang berafiliasi dengan Iran yang mencakup Hamas dan Hizbullah di antara kelompok-kelompok lainnya.
Hizbullah telah mempertahankan dominasinya di Lebanon selatan selama beberapa dekade. Meningkatnya kehadiran Hamas di Lebanon bisa menjadi keputusan taktis yang juga menguntungkan Hizbullah. Ekspansi Hamas di Lebanon juga bermanfaat bagi Hizbullah karena kelompok tersebut sedang mencari sekutu lokal pada periode pascaperang.
Hamas mungkin ingin memanfaatkan peningkatan popularitas mereka dan mengalahkan saingan politik mereka di Lebanon. Dengan menumbuhkan kader mereka di Lebanon, Hamas dapat memperkuat posisi politiknya di wilayah manapun.
Tindakan Hamas di Lebanon tidak hanya berdampak pada situasi politik di Lebanon, tetapi juga memiliki dampak pada konflik antara Hamas dan Israel. Setelah serangan Hamas di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, Israel terus membombardir Gaza dan menyebabkan lebih dari 18.000 orang tewas di Gaza. Di Lebanon, kehadiran Hizbullah tidak dapat diterima oleh Israel, sehingga kehadiran Hamas di Lebanon juga menjadi penting dalam konflik ini.
Dampak dari perekrutan Hamas di Lebanon tidak hanya dirasakan di dalam negeri, tetapi juga berdampak pada konflik-konflik di kawasan Timur Tengah. Semua pihak harus mempertimbangkan konsekuensi dari langkah-langkah yang diambil dalam rangka memperjuangkan kepentingan politik dan strategis mereka.