Perang Israel-Hamas memasuki fase baru. Setelah terjadi gencatan senjata selama empat hari dengan imbalan sandera Israel mulai Jumat lalu, keduanya sekarang memasuki tahap akhir gencatan, dengan jeda perang berakhir pada Selasa. Kedua belah pihak masih membuka peluang untuk memperpanjang gencatan senjata, namun diskusi berjalan alot.
Perkembangan terbaru dari gencatan senjata antara Israel dan milisi Palestina Hamas akan memasuki hari terakhir pada Selasa (28/11/2023) pukul 7 pagi. Sejauh ini, tampaknya Hamas bersedia untuk memperpanjang jeda setelah mereka membebaskan lebih banyak sandera Israel yang diculik pada serangan 7 Oktober lalu. Hamas juga membebaskan seorang gadis berusia empat tahun yang menjadi yatim piatu akibat serangan tersebut. “Itulah tujuan kami, untuk menjaga jeda ini lebih lama lagi sehingga kita dapat terus melihat lebih banyak sandera keluar dan memberikan lebih banyak bantuan kemanusiaan kepada mereka yang membutuhkan di Gaza,” kata Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Minggu. Seorang sumber mengatakan bahwa Hamas terbuka untuk memperpanjang gencatan senjata “dua hingga empat hari” dengan harapan pembebasan 20 hingga 40 tahanan Israel dalam jangka waktu tersebut.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menghadapi dua konflik sekaligus, yaitu memimpin operasi militer di Gaza untuk menghancurkan milisi Hamas dan persoalan politik dalam negeri. Netanyahu juga merencanakan untuk bertemu dengan Presiden Isaac Herzog dari Israel selama kunjungannya ke Israel.
Selama perang di Gaza, Israel juga melakukan serangan di Tepi Barat yang diduduki, dan lebih dari dua ratus orang di wilayah itu tewas. Selain itu, serangan udara Israel juga terjadi di Damaskus, Suriah.
Dampak dari perang antara Israel dan Hamas juga berdampak buruk pada perekonomian Israel. Setidaknya US$ 269 juta per hari hilang di negeri itu. Moody’s memperkirakan kerugian keseluruhan dari perang ini bisa mencapai US$ 53,5 miliar, hampir 10% dari PDB Israel.
Iran, yang merupakan sekutu Hamas, mendesak agar gencatan senjata, yang akan berakhir besok, memiliki bentuk yang stabil agar kekejaman rezim Zionis terhadap Gaza tidak terulang kembali. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanani, menyatakan berharap bahwa kejahatan rezim Zionis terhadap rakyat Palestina akan dihentikan sepenuhnya.