More

    Petani Mengungkap Kemampuan Tebu Sebagai Campuran BBM

    Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menyatakan bahwa pemanfaatan tanaman tebu untuk langsung dijadikan sebagai bahan baku produksi bioetanol atau campuran Bahan Bakar Minyak (BBM) memerlukan waktu dan teknologi yang memadai. Ketua APTRI Soemitro Samadikoen mengatakan bahwa produksi bioetanol di Indonesia saat ini baru berasal dari tetes tebu (molases) yang merupakan hasil samping produk gula tebu. Hal ini berbeda dengan negara Brazil yang telah sukses mengembangkan pemanfaatan tebu untuk langsung dijadikan bioetanol.

    Soemitro menekankan bahwa Indonesia masih memerlukan waktu yang cukup untuk bisa membuat bioetanol langsung dari tebu. Oleh karena itu, ia mendorong pemerintah untuk mengoptimalkan pemanfaatan tetes tebu terlebih dahulu sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. Hal ini dikarenakan kebutuhan produksi bioetanol yang cukup besar di beberapa tahun mendatang. Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha pun mengakui bahwa produksi bioetanol di Indonesia masih belum mencapai harapan. Saat ini, produksi bioetanol di Indonesia baru sekitar 40 ribu kiloliter (KL) per tahun.

    Jika Indonesia ingin berkontribusi pada campuran Bahan Bakar Nabati (EBT) sebesar 2%, maka setidaknya memerlukan produksi bioetanol sekitar 750 ribu KL per tahun. Meskipun saat ini PT Pertamina (Persero) telah meluncurkan produk Bahan Bakar Minyak (BBM) bernama Pertamax Green 95 yang mengandung bioetanol, kontribusinya masih tergolong kecil. Sehingga, produksi dan pemanfaatan bioetanol perlu ditingkatkan agar dapat berkontribusi lebih besar pada bauran EBT untuk campuran BBM.

    Berita Terbaru

    Related articles