Liputan6.com, Jakarta – Pengamat dari Political Strategy Group, Arief Budiman menilai, upaya menggulirkan Hak Angket di Parlemen jauh panggang dari api. Hal itu terlihat dari PPP yang tidak lolos ke Senayan dan partai pendukung Anies-Muhaimin yang diyakini setengah hati. Praktis, PDI Perjuangan pun dinilai telah kehilangan rekan seperjuangan untuk hal itu.
“Hanya dengan 110 kursi, mereka akan menjadi minoritas. Ketika parpol pendukung Anies-Muhaimin tampak setengah hati mendorong Hak Angket,” kata Arief seperti dikutip dari keterangan pers diterima, Kamis (18/4/2024).
Arief melanjutkan, alih-alih Hak Angket, PDI Perjuangan lebih realistis mempertahankan kursi Ketua DPR RI sebagai partai pemenang Pemilu 2024. Tujuannya, untuk mengatur jalannya kebijakan politik di Senayan.
“Meski gagal memenangi Pilpres 2024, partai pimpinan Megawati Sukarnoputri tersebut masih memenangi Pileg dan bisa menjadi Ketua DPR. Jadi langkah PDI Perjuangan meraih kuasa masih terbuka lebar,” nilai Arief.
Arief mencontohkan, pemilu 2024 seperti PDIP di pemilu 1999, ketika PDI Perjuangan yang untuk pertama kalinya menjadi peserta mampu menjadi jawara. Namun, di saat yang sama, gagal menjadikan Megawati sebagai presiden lantaran terganjal manuver Koalisi Poros Tengah yang mengusung Abdurrahman Wahid.
“Begitupun ketika dua periode rezim Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), PDI Perjuangan yang masih bertengger dalam 3 besar parpol pemenang pileg 2004 dan 2009, terbukti mampu menggalang kekuatan di parlemen dan menjadi pimpinan parpol oposisi,” jelas pria yang menjabat sebagai Chief Political Officer tersebut.