More

    Fondasi Pembangunan #2: Demokrasi Oleh dan Untuk Rakyat Indonesia (Partai, Survei, Pemilih, dan Media Kadang Bisa Dibeli dan Dikuasai)

    Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku Paradoks Indonesia dan Solusinya]

    Partai, Survei, Pemilih, dan Media Kadang Bisa Dibeli dan Dikuasai

    Demokrasi kita dalam bahaya. Pertama, karena banyak pemimpin kita yang bisa dibeli. Kedua, karena banyak kelompok oligarki yang memiliki cukup banyak uang untuk membeli para pemimpin kita.

    Ya, komprador-komprador dan kelompok oligarki yang ingin mengeruk keuntungan di Indonesia inilah yang mau, yang berkepentingan meng-hijack atau membajak proses demokrasi ini.

    Jika Anda sudah lama menjadi warga Indonesia, Anda tentu tahu ada uang ngarit, ada uang cendol, ada serangan fajar. Dengan kekuasaan dan uang mereka, mereka ingin mengatur segalanya.

    Kemudian yang lebih berbahaya, yang ingin saya ungkapkan adalah, manipulasi proses kotak suara yang adalah inti demokrasi kita. Ini yang bisa, dan pernah diselewengkan.

    Kadang Survei Bisa Dipesan

    Negara Indonesia sangat kaya. Kita bukan negara miskin. Kita punya semua sumber alam yang dibutuhkan untuk menjadi negara sejahtera.

    Tetapi, masalahnya, sistem kita dirusak oleh suatu elite, suatu oligarki yang serakah. Oligarki yang serakah ini ingin menguasai semua sumber ekonomi Indonesia, dan kejam membiarkan sebagian besar rakyat Indonesia hidup dengan tidak layak. Mereka menguasai politik kita, pemerintahan kita, dengan banyak cara.

    Sekarang yang banyak terjadi adalah manipulasi dan rekayasa. Hasil dari banyak polling, banyak survei yang bisa mempengaruhi pandangan masyarakat bisa dibeli dan dimanipulasi. Anda bahkan bisa memesan survei, “membuat saya nomor satu.” Kita tahu itu semua.

    Yang merugikan adalah, ketika ada lembaga survei bekerja untuk tiga orang. Ke si A, dia mendapat uang, dia memberi nilai bagus. Si B, diberi nilai bagus. Si C, juga diberi nilai bagus. Satu kerja, tiga pendapatan. Sekarang banyak inovasi. Kita bangsa yang kreatif.

    Alhamdulillah, sekarang dengan media sosial, keberpihakan pada “konglomerat survei” kepada calon tertentu dapat terlihat. Di Pemilu 2014 dan kembali di Pemilu 2019 lalu, ada pelaku survei yang secara terang-terangan di media sosial berkampanye untuk pasangan calon yang berhadapan dengan saya.

    Namun kesadaran masyarakat akan praktik-praktik seperti ini masih rendah. Masih ada 24% masyarakat kita yang tidak memiliki akses ke Internet. Adalah tugas kita bersama untuk menyadarkan masyarakat agar tidak mudah percaya survei.

    Di negara maju pun, survei bisa menjadi alat penguasa. Misalnya, hampir semua lembaga survei di Amerika salah memprediksi siapa pemenang pemilu Presiden Amerika 2016. Hampir semua lembaga survei di Inggris Raya salah memprediksi Brexit pada 2016. Menurut saya ini bukan kebetulan.

    Kadang Daftar Pemilih Bisa Dipesan

    Wujud utama demokrasi kita adalah pemilihan, adalah kotak suara. Mereka yang dapat memberikan suara ke kotak suara adalah warga negara Indonesia yang sudah memiliki KTP. Setiap warga negara Indonesia memiliki satu suara dalam setiap pemilihan. Satu suara untuk Pemilu Legislatif tingkat Nasional dan tingkat Daerah. Satu suara untuk Pemilu Presiden. Satu suara untuk Pemilu Kepala Daerah.

    Namun, dalam banyak pemilihan, pengalaman Partai GERINDRA yang ikut Pemilu sejak 2009, kita seringkali menemukan daftar pemilih tidak akurat. Kita menemukan banyak ‘hantu’ dalam daftar pemilih itu. Ada nama-nama yang disebut berkali-kali, di TPS yang berbeda-beda. Mereka bisa memilih beberapa kali, terutama tinta yang digunakan untuk mencegah hal ini kadang bisa dihapus.

    Ada juga nama-nama orang yang meninggal masih terdaftar dalam DPT. Semua ini kita tahu. Pada Pemilihan Kepala Daerah DKI 2012, jumlahnya belasan ribu. Pada Pemilu 2014, jumlahnya jauh lebih besar. Bahkan ada lembaga riset yang menyatakan, potensi mencapai 20% dari jumlah pemilih. Pada Pemilu 2019 dan Pilkada 2020, masalah ini juga masih ada.

    Kadang Ada Kotak Suara Ajaib
    Saya tahu, Prabowo Subianto tidak disukai oleh banyak elite Indonesia, karena dia jujur tentang masalah ini. Namun, saya ingat, saya tidak tahu kapan akan dipanggil Tuhan. Karena itu, sekalian saja, saya merasa harus menyampaikan kepada rakyat apa yang menjadi kegelisahan saya.

    Saya rasa tidak perlu saya paparkan secara detail di sini. Anda bisa mencari sendiri, bagaimana pada Pemilihan Umum sebelumnya, ada pihak yang bisa membuka kotak suara tanpa mengikuti proses. Jika hal ini masih terjadi, ini sangat berbahaya bagi kelangsungan demokrasi kita.

    Kadang Media Juga Bisa Dipesan

    Kita melihat sekarang, banyak pondasi kehidupan bangsa kita, lembaga negara kita, institusi-institusi yang penting untuk demokrasi kita, satu per satu tergoyahkan. Ada hal-hal yang jelas bahwa tidak benar dan tidak adil, tetapi sebagian elite kita pura-pura tidak tahu. Media sekarang banyak dikuasai oleh pemodal besar, sehingga banyak masalah bangsa yang disebabkan oleh ulah pemodal besar yang tidak diliput, atau diliput dengan narasi yang jauh berbeda dengan kenyataan.

    Ini berbahaya karena banyak masyarakat kita berharap kepada media untuk mendapatkan pencerahan, mendapatkan pengetahuan tentang demokrasi kita. Masyarakat kita berharap media netral, tidak berpihak kecuali kepada kepentingan bangsa, tidak menjadi propaganda kepentingan tertentu.

    Saya menghormati media-media yang secara terang-terangan menyatakan dukungan kepada partai politik, atau kandidat tertentu dalam sebuah pemilihan, atau isu politik tertentu. Terlebih jika pernyataan dukungannya diulang-ulang, sehingga masyarakat dapat mengetahui bahwa berita yang diterbitkan bersifat bias. Jangan pura-pura netral dan tidak bisa dibeli, tetapi malah meliput dengan tendensi tertentu.

    Kita harus ingat, pengetahuan adalah kekuatan. Karena itu, media sering digunakan sebagai senjata.

    Sekarang kita sudah bisa membuka dan membaca, sebagian arsip rahasia negara-negara adidaya sejak tahun 60an. Kita bisa membaca sendiri, bagaimana mereka, dengan media yang mereka kuasai, pernah mempengaruhi pandangan masyarakat kita terhadap politik dalam negeri kita.

    Tidaklah tidak mungkin, apa yang pernah dilakukan di masa lalu, terus berlanjut hingga sekarang. Amerika Serikat pun mengalami masalah serupa dalam pemilihan mereka tahun 2016 dan 2020.

    Sumber: https://prabowosubianto.com/fondasi-pembangunan-2-demokrasi-oleh-dan-untuk-rakyat-indonesia-partai-survei-pemilih-dan-media-kadang-bisa-dibeli-dan-dikuasai/

    Source link

    Berita Terbaru

    Related articles