Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa lingkaran setan kekerasan dalam konflik Israel-Palestina perlu diputus. Menurut Lavrov, ini adalah satu-satunya cara untuk mencapai stabilitas di Gaza dan Timur Tengah secara keseluruhan.
Konflik telah berlangsung selama 75 tahun dan belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Penduduk Gaza telah berulang kali menderita akibat siklus konfrontasi, serangan, dan pembalasan antara Israel dan kelompok militan Palestina.
“Tidak dapat diterima untuk membenarkan, apalagi mendorong, serangan teroris, atau menanggapinya dengan metode hukuman kolektif yang merupakan pelanggaran mencolok terhadap hukum kemanusiaan internasional,” kata Lavrov kepada TASS, Kamis (28/12/2023).
Konflik terbaru di Gaza pecah pada 7 Oktober ketika pejuang Hamas menyerang Israel, menewaskan hampir 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang. Operasi pembalasan Israel di daerah kantong Palestina, yang menurut para pejabat Israel bertujuan untuk memusnahkan kelompok militan tersebut, sejauh ini telah menyebabkan lebih dari 21.000 orang tewas.
Lavrov mengatakan pecahnya konflik Timur Tengah adalah akibat dari kegagalan kebijakan luar negeri AS yang sudah berlangsung lama.
“Sudah waktunya bagi semua orang untuk mengambil pelajaran dari konsekuensi upaya AS melakukan diplomasi di balik layar di Timur Tengah,” katanya. “Itu adalah tindakan Washington yang memonopoli upaya mediasi dan melemahkan kerangka hukum internasional untuk penyelesaian yang menyebabkan peningkatan zona konflik saat ini.”
Sikap Rusia, tegas Lavrov, “didasarkan pada keputusan Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB, Inisiatif Perdamaian Arab.” Dia pun menyerukan pembentukan negara Palestina.
“Tugas mediator internasional adalah membantu para pihak membangun dialog sehingga mereka dapat menyelesaikan semua isu kontroversial,” tegasnya.
Dia mengakui bahwa hal ini tidak mudah, namun ia menambahkan bahwa tanpa perundingan, pertumpahan darah akan terus berlanjut.
Pada Selasa, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan perdamaian hanya dapat dicapai di Gaza jika Hamas dihancurkan, wilayah tersebut “demiliterisasi”, dan masyarakat Palestina “dideradikalisasi,” setelah memperingatkan bahwa perang akan makin intensif. Taktik Israel mendapat kecaman dari PBB dan organisasi kemanusiaan internasional serta banyak pemimpin dunia.