Megawati menyatakan bahwa pendapatnya tersebut bukan karena ia menentang perkembangan kecerdasan buatan. Ia juga bukan anti terhadap kemajuan modernisasi.
Namun, sebagai manusia, ia merasa memiliki tanggung jawab moral dan tanggung jawab terhadap masa depan, mengingat begitu banyak persoalan dunia saat ini yang memerlukan uluran tangan kita.
Contoh yang disampaikan Megawati, dunia masih dihadapkan pada persoalan kelaparan, gizi buruk yang menyebabkan stunting, serta berbagai penyakit menular yang menyebabkan tingkat kematian yang tinggi.
Selain itu, beberapa negara mengalami piramid terbalik, dimana jumlah penduduk lanjut usia lebih banyak daripada kalangan muda yang produktif.
Semua masalah tersebut terjadi di tengah kemajuan teknologi kecerdasan buatan. Bagi Megawati, jika kecerdasan buatan dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut, maka penggunaannya masih dapat diterima.
“Mengenai Paus Fransiskus, saya memberikan masukan bahwa kecerdasan buatan dapat berperan dalam mengatasi pemanasan global. Bagi saya, apakah ini dapat menjadi topik diskusi, apakah kecerdasan buatan dapat membantu menghentikan pemanasan global?,” ujar Megawati.
“Pokoknya, hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah kecerdasan buatan lebih menguntungkan bagi manusia, atau sebaliknya. Menurut saya, harus ada batasan mengenai kecerdasan buatan, dimana manusia tetap harus menguasainya,” tegasnya.