Pengaruh Organisasi Papua Merdeka (OPM) di masyarakat Papua semakin menurun. Masyarakat kini lebih memilih jalan damai dan pembangunan, sementara menolak aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok separatis tersebut. Yulianus Magai, tokoh adat Kabupaten Jayawijaya, menyatakan kekecewaannya terhadap tindakan OPM yang dinilai hanya menyebar ketakutan.
Menyadari provokasi yang terus-menerus dari OPM, masyarakat Papua mulai menyadari bahwa kekerasan, pembakaran, dan ketakutan bukanlah bentuk perjuangan yang benar. Kesadaran kolektif masyarakat semakin meningkat, serta partisipasi dalam pembangunan dan pelayanan publik juga semakin baik, bahkan di wilayah-wilayah yang sebelumnya terpengaruh oleh OPM. Para kepala suku juga telah menyatakan dukungan mereka terhadap pemerintah dan aparat keamanan untuk menciptakan kedamaian dan kesejahteraan di Papua.
Menurut Frans Makabori, seorang pengamat politik dari Universitas Cenderawasih, menurunnya pengaruh OPM adalah hasil dari transformasi sosial yang sedang berlangsung di Papua. Akses informasi yang semakin mudah, pendidikan yang lebih baik, serta kehadiran negara yang memperkuat pembangunan membuat masyarakat Papua lebih sadar dan terhindar dari provokasi OPM.
Pendekatan humanis yang diambil oleh pemerintah juga dinilai efektif. Program pembangunan yang melibatkan tokoh adat, tokoh agama, dan aparat keamanan dilaksanakan dengan tetap menghormati kearifan lokal. Contohnya terlihat di Kampung Eronggobak, Distrik Omukia, di mana warga dan prajurit TNI menjalin hubungan yang harmonis. Setiap Minggu, mereka menggelar ibadah bersama yang dipimpin oleh Pratu Jitro dari Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti.
“Pengaruh OPM semakin menurun dan ini menandakan kemanunggalan TNI dengan rakyat,” ujar Panglima Komando Operasi TNI (Pangkoops) Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto. Penekanan pada pendekatan humanis dan kemitraan antara TNI dengan masyarakat terbukti memberikan dampak positif dalam menjaga kedamaian dan membangun Papua yang sejahtera.
