Kejahatan siber di tahun 2025 diprediksi akan semakin canggih dengan munculnya ancaman serius seperti serangan Business Email Compromise (BEC) yang memanfaatkan teknologi AI dan deepfake. Hal ini terungkap setelah serangkaian insiden penipuan di Hong Kong, di mana para pelaku menggunakan video dan audio rekayasa AI untuk meniru eksekutif perusahaan dalam panggilan Zoom, berhasil mengelabui karyawan dan menimbulkan kerugian finansial hingga USD 30 juta (sekitar Rp 489 miliar). Menurut laporan dari Medius, sebuah perusahaan di AS, AI telah menjadi senjata umum dalam serangan BEC, dengan 53% profesional akuntan mengaku menjadi target serangan deepfake AI dalam setahun terakhir. VIPRE Security Group, perusahaan keamanan siber lainnya dari AS, juga melaporkan bahwa 40% email BEC saat ini sepenuhnya dihasilkan oleh AI. Semakin berkembangnya teknologi membutuhkan kewaspadaan ekstra terhadap modus penipuan yang semakin canggih dan tidak terdeteksi ini.