Peningkatan jumlah penduduk dan berkembangnya kota telah meningkatkan permintaan akan pasokan air bersih. Jika tingkat eksploitasi air tanah melebihi kemampuan alam untuk mengisi kembali, maka dapat menyebabkan kerusakan pada akuifer dan menyebabkan tanah menjadi semakin menurun. Ahli menyatakan bahwa penurunan tanah bukan hanya terjadi di daerah pesisir atau terpencil, tetapi juga terjadi di banyak kota besar yang mempengaruhi jutaan orang. Lebih dari 34 juta individu tinggal di wilayah yang mengalami penurunan tanah dan lebih dari 29.000 bangunan terletak di zona risiko tinggi.
Perubahan iklim, pertumbuhan populasi, dan perkembangan ekonomi dapat mempercepat penurunan tanah ini. Kawasan yang sebelumnya stabil menjadi rentan terhadap banjir, kerusakan infrastruktur, dan degradasi lahan dalam jangka panjang. Para peneliti merekomendasikan agar kota mulai memperhitungkan pemantauan penurunan tanah dalam perencanaan tata kota, mengelola penggunaan air tanah dengan bijak, dan memperkuat pemantauan jangka panjang untuk deteksi dini.
Meskipun demikian, terdapat kabar baik. Penurunan tanah adalah masalah yang dapat diatasi, sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia terutama penggunaan air tanah yang berlebihan. Dengan perencanaan yang tepat, pemanfaatan teknologi pemantauan yang canggih, serta kebijakan yang mendukung, kita dapat melambatkan atau bahkan menghentikan penurunan tanah untuk menciptakan masa depan kota yang lebih aman.
