Kabupaten Biak Numfor, yang terletak di kawasan barat Samudera Pasifik, memiliki posisi strategis selama Perang Dunia II. Menurut sejarawan militer Robert Ross Smith, Biak Numfor memainkan peran penting dalam taktik perang dan penguasaan kawasan Pasifik. Penelitian arkeologis oleh Balai Arkeologi Papua pada tahun 2016 menemukan bukti fisik berupa bekas peralatan militer dan struktur pertahanan yang menyebar di hampir setengah wilayah Biak Numfor, mengkonfirmasi bahwa daerah ini digunakan sebagai pangkalan militer oleh Jepang dan Sekutu.
Artikel ilmiah dalam Jurnal Arkeologi Papua edisi 2019, yang ditulis oleh peneliti Sonya M. Kawer, menggarisbawahi peran strategis Biak Numfor sebagai pusat kekuatan udara selama perang. Ada tiga pangkalan udara utama dalam daerah ini, dengan dua di antaranya dilindungi oleh kondisi geografis yang sulit dijangkau oleh musuh. Bangunan pangkalan-pangkalan ini dibangun di atas batu gamping yang kuat dan tahan lama, menunjukkan kepentingan strategis Biak Numfor bagi kekuatan militer Jepang dan Sekutu.
Penelitian tersebut juga mengungkapkan total 11 lokasi pangkalan udara yang terdiri dari pangkalan Jepang dan Sekutu di Biak Numfor. Dibangun di atas dua pulau kecil dan satu pulau utama, pangkalan-pangkalan itu menunjukkan pentingnya daerah ini dalam strategi militer Jepang. Pertempuran di Biak Numfor berdampak signifikan pada kedua pihak, dengan Amerika Serikat dan Jepang mengalami korban jiwa dan luka-luka yang besar. Kemenangan Sekutu di Biak memungkinkan mereka menggunakan pangkalan udara di pulau itu untuk mendukung operasi militer di wilayah lain, seperti Filipina dan kawasan Pasifik.