Pentingnya Ketahanan Pangan dalam Konteks Kemandirian dan Kesejahteraan Bangsa
Topik ketahanan pangan selalu menarik perhatian sejak masa pemerintahan Presiden Soekarno hingga masa sekarang. Ketahanan pangan merupakan salah satu elemen kunci dalam kehidupan suatu bangsa. Bahkan, menurut Presiden Soekarno, masalah pangan adalah masalah yang sangat vital bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Untuk itu, diperlukan upaya besar, radikal, dan revolusioner dalam memastikan kebutuhan pangan rakyat terpenuhi.
Ketahanan pangan ternyata memiliki aspek yang sangat kompleks. Menurut FAO, ketahanan pangan merupakan kondisi di mana semua orang memiliki akses yang cukup, aman, dan bergizi terhadap pangan. Pemerintah Indonesia sendiri mendefinisikan ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan dari negara hingga individu, dengan tersedianya pangan yang cukup, aman, dan berkualitas, serta terjangkau untuk menjaga kehidupan yang sehat dan produktif.
Dalam konteks ketahanan pangan, penting untuk memperhatikan empat dimensi utama yaitu ketersediaan, akses, pemanfaatan, dan stabilitas. Andy Utama, pendiri Arista Montana Organic Farm, mengaitkan konsep ini dengan semangat Trisakti, yang menyoroti kedaulatan dan kemandirian dalam hal pangan. Beliau menekankan perlunya pertanyaan kritis mengenai sejauh mana bangsa ini memiliki kedaulatan dan kemandirian dalam mencukupi kebutuhan pangan.
Data-data penting menunjukkan bahwa Indonesia masih sangat bergantung pada impor pangan, seperti gandum, kedelai, dan beras. Hal ini menandakan bahwa Indonesia belum benar-benar dapat disebut sebagai negara agraris yang memiliki kedaulatan pangan. Bahkan, masa Orde Baru yang melahirkan konsep swasembada pangan pada tahun 1984 terbukti terbatas pada komoditas beras, dengan konsekuensi-konsekuensi yang kurang baik seperti hilangnya keanekaragaman hayati dan kearifan lokal.
Namun, ketahanan pangan berbasis kearifan lokal dapat menjadi solusi yang potensial. Contoh nyata dari masyarakat adat seperti Suku Baduy di Jawa Barat dan Desa Tenganan Pegringsingan di Bali menunjukkan bahwa dengan menjaga kearifan lokal dan keseimbangan alam, mereka mampu menjaga ketahanan pangan hingga puluhan tahun. Dengan memperkokoh potensi lokal dan membangun sistem pertanian yang berkelanjutan, kita dapat memastikan kesejahteraan dan kedaulatan pangan bagi bangsa ini.
Dengan memperkuat kearifan lokal dan mengadopsi praktik-praktik yang berkelanjutan, kita dapat membentuk sebuah model kebudayaan ketahanan pangan yang dapat diduplikasi di seluruh nusantara. Mengambil inspirasi dari contoh-contoh sukses tersebut, kita dapat membangun ketahanan pangan yang kuat dan berkelanjutan untuk masa depan yang lebih baik.
Sumber: Ketahanan Pangan, Trisakti, Dan Kearifan Masyarakat Adat
Sumber: Ketahanan Pangan, Trisakti, Dan Kearifan Masyarakat Adat