Selama ini para orangtua selalu diajarkan untuk mengendalikan, memendam, meredam, dan menyimpan semua beban hidup lalu move on, melanjutkan kehidupan. Padahal, beban-beban ini justru dapat menumpuk di dalam sistem fisiologis. Di sistem saraf ini tersimpanlah beban-beban yang siap untuk muncul suatu waktu. Itulah mengapa seseorang bisa mengalami kemarahan mendadak yang tidak bisa dikendalikan oleh pikirannya.
Masa-masa seperti ini bisa dipicu juga oleh burnout akibat kelelahan kerja atau kekesalan terhadap orang lain yang dilimpahkan kepada anak-anak.
Misalnya, kekesalan terhadap pasangan yang meluap-luap di rumah tidak bisa disampaikan karena berbagai alasan. Namun, kepada anak yang mungkin tidak bisa merespons karena memiliki power yang lebih rendah, maka sering kali orang menggunakan abusive power ini untuk melampiaskan kekesalan.
Terkait ledakan emosi, burnout, dan masalah psikis lain yang bisa dialami para orangtua, pakar hilangkan trauma Caezarro Rey Abishur menyampaikan tujuh hal yang bisa diambil pelajaran:
Kurangi Aktivitas Berlebih
“Mengurangi aktivitas yang berlebihan yang bisa menyebabkan burnout akan memberikan ketenangan tertentu yang akhirnya membantu bayi bertumbuh dengan lebih baik,” ujar pria yang akrab disapa Rheo dalam keterangan pers, Sabtu (3/8/2024).
Kutipan pertama ini menekankan pentingnya keseimbangan dan menjaga kesehatan mental selama kehamilan. Ini mengingatkan ibu hamil untuk tidak memaksakan diri, yang sangat relevan dan bermanfaat bagi kesejahteraan ibu dan bayi.