Hubungan cinta dan benci, atau yang dikenal sebagai love hate relationship, terjadi antara orang-orang yang sering mengalami pasang surut dalam hubungan mereka. Hubungan ini ditandai oleh fluktuasi emosi yang tajam, membuat dinamika hubungan terasa tidak stabil atau seimbang.
Menurut Betsy Chung, seorang psikolog klinis berlisensi dan pakar hubungan, hubungan love hate relationship dapat terjadi antara dua orang yang berpacaran, teman, keluarga, atau bahkan rekan kerja. Meskipun kedengarannya kurang sehat, Kate Balestrieri, seorang psikolog berlisensi dan terapis seks bersertifikat, menegaskan bahwa love-hate relationship tidak selalu bermasalah selama kedua belah pihak mampu mengomunikasikan keinginan dan kebutuhan mereka dengan efektif.
Love-hate relationship merupakan kondisi di mana dua orang memiliki fluktuasi yang bervariasi dalam perasaan mereka terhadap satu sama lain. Perasaan cinta dan benci dapat bergantian secara intens dalam hubungan, menciptakan dinamika yang kompleks. Ada beberapa tanda love-hate relationship yang penting untuk dikenali, seperti sering putus nyambung.
Love hate relationship seringkali digambarkan sebagai pasangan yang terus-menerus berada dalam siklus putus dan berbaikan. Mereka bisa merasakan kebahagiaan mendalam, tetapi juga menghadapi konflik yang tajam. Siklus putus dan berbaikan sering dipicu oleh konflik dan emosi yang intens antara pasangan.
Dengan demikian, love-hate relationship bisa menjadi kondisi yang kompleks dan rumit. Masing-masing pihak dalam hubungan tersebut perlu mampu mengelola emosi dan komunikasi dengan baik agar hubungan tetap sehat dan tidak berujung pada konflik yang merugikan.