Tedros menambahkan, setidaknya ada empat IMS yang dapat disembuhkan yakni sifilis (Treponema pallidum), gonore (Neisseria gonorrhoeae), klamidia (Chlamydia trachomatis), dan trikomoniasis (Trichomonas vaginalis). Namun, keempat IMS ini telah menyebabkan lebih dari 1 juta infeksi setiap hari.
Laporan WHO mencatat adanya lonjakan sifilis pada orang dewasa dan ibu (1,1 juta) serta sifilis kongenital terkait (523 kasus per 100.000 kelahiran hidup per tahun) selama pandemi COVID-19. Sementara, pada 2022, terdapat 230.000 kematian terkait sifilis.
Data baru juga menunjukkan peningkatan penyakit gonore multiresisten. Pada 2023, dari 87 negara yang melakukan peningkatan pengawasan resistensi antimikroba gonore, sembilan negara melaporkan peningkatan tingkat resistensi (dari 5 persen menjadi 40 persen) terhadap ceftriaxone, pengobatan lini terakhir untuk gonore.
WHO sedang memantau situasi ini dan memperbarui pengobatan yang direkomendasikan untuk mengurangi penyebaran jenis gonore multi-resisten ini.
Sementara pada 2022, tercatat sekitar 1,2 juta kasus baru hepatitis B dan hampir 1 juta kasus baru hepatitis C.
Perkiraan jumlah kematian akibat virus hepatitis meningkat dari 1,1 juta pada tahun 2019 menjadi 1,3 juta pada tahun 2022 meskipun terdapat alat pencegahan, diagnosis, dan pengobatan yang efektif.
Sementara, infeksi HIV baru hanya berkurang dari 1,5 juta pada tahun 2020 menjadi 1,3 juta pada tahun 2022.
Kasus ini paling banyak ditemukan pada lima kelompok populasi utama yakni:
– Laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki.
– Pengguna narkoba suntik.
– Pekerja seks.
– Transgender.
– Individu di penjara dan tempat-tempat tertutup lainnya.
Tingkat prevalensi HIV secara signifikan lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Diperkirakan 55 persen infeksi HIV baru terjadi di antara populasi tersebut dan pasangannya.
Kematian terkait HIV juga masih tinggi. Pada 2022, terdapat 630.000 kematian terkait HIV, 13 persen di antaranya terjadi pada anak di bawah usia 15 tahun.