Sebanyak 83 persen profesional di Asia Pasifik menggunakan kecerdasan buatan (AI) di tempat kerja. Banyak dari mereka menghadapi kesulitan dalam mengimbangi kecepatan dan volume pekerjaan, sambil mengatakan bahwa AI dapat menghemat waktu, meningkatkan kreativitas, dan memungkinkan mereka fokus pada tugas-tugas yang paling penting.
Meskipun 84 persen pemimpin di Asia Pasifik percaya bahwa perusahaan mereka perlu mengadopsi AI untuk tetap kompetitif, 61 persen khawatir bahwa kepemimpinan mereka tidak memiliki rencana dan visi yang jelas untuk mengimplementasikannya.
Hal ini menyebabkan para karyawan mengambil inisiatif sendiri. Sebanyak 79 persen pengguna AI di Asia Pasifik membawa dan menggunakan alat AI pribadi mereka ke tempat kerja, yang dapat mengakibatkan mereka kehilangan manfaat dari penggunaan AI dalam skala besar dan membahayakan data perusahaan.
Bagi para karyawan, AI dapat meningkatkan standar dan membuka peluang karier. Mayoritas pemimpin global (55 persen) khawatir tentang ketersediaan talenta yang cukup untuk mengisi berbagai posisi tahun ini, terutama di bidang keamanan siber, Teknik, dan desain kreatif.
Selain itu, 76 persen pemimpin di Asia Pasifik menyatakan bahwa mereka lebih memilih untuk mempekerjakan kandidat yang kurang berpengalaman namun memiliki keterampilan AI, daripada kandidat yang lebih berpengalaman namun tidak memiliki keterampilan tersebut. Sejak akhir tahun lalu, secara global, LinkedIn telah melihat peningkatan 142 kali lipat anggota yang menambahkan keterampilan AI seperti ChatGPT dan Copilot ke profil LinkedIn mereka.