Loisel memperingatkan bahwa pria yang bergerak maju dengan cepat setelah mengalami patah hati dapat mengalami reaksi yang tertunda terhadap perasaan tersebut.
“Orang sering kali beralih dari satu hubungan ke hubungan lain tanpa benar-benar menangani rasa sakit dan emosi yang mereka rasakan, namun konsekuensi negatif dari hal ini tidak selalu terlihat dengan jelas,” kata Loisel.
Dia juga menambahkan bahwa reaksi yang tertunda ini bisa muncul sebagai masalah di hubungan yang akan datang, seperti masalah dalam keintiman, komitmen, atau emosi negatif.
Menurut Loisel, saat kita berada dalam hubungan romantis atau hubungan yang tidak resmi, tubuh kita melepaskan berbagai zat kimia seperti dopamin, serotonin, dan norepinefrin. Zat-zat ini dapat memberikan rasa senang dan kenyamanan sementara, yang membantu mengurangi rasa sakit karena patah hati.
Namun, meskipun ini terasa seperti pelarian atau obat untuk rasa sakit, hal ini hanya bersifat sementara. Perasaan dan masalah yang belum terselesaikan dari hubungan sebelumnya bisa muncul kembali dalam hubungan dan kehidupan yang baru.