Home Berita Energi Hijau Mengancam Dominasi Batu Bara dengan Harga Listrik yang Kompetitif

Energi Hijau Mengancam Dominasi Batu Bara dengan Harga Listrik yang Kompetitif

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia mengklaim bahwa harga listrik dari energi baru dan terbarukan (EBT) sudah mulai mendekati harga listrik dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil, atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara. Hal ini disebabkan oleh utilizasi EBT di Indonesia yang mulai terus dioptimalkan seiring dengan potensi melimpah yang dimilikinya. Pengembangan teknologi energi bersih bahkan mengakelerasi tercapainya skala keekonomian harga EBT yang dinilai semakin kompetitif dan mulai dilirik para investor energi.

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menyatakan bahwa harga listrik dari pembangkit EBT sudah hampir mendekati harga listrik berbasis fosil, bahkan ada yang lebih efisien. Kemajuan dalam teknologi energi terbarukan, terutama pada sektor pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan angin (PLTB), telah memungkinkan efisiensi yang lebih tinggi sehingga berdampak terhadap penurunan biaya produksi listrik yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan pembangkit energi fosil.

Selain itu, Dadan juga mengkomparasikan harga pembangkit EBT dengan harga pembangkit berbasis energi fosil, seperti batubara (PLTU), dan menyatakan bahwa harga energi hijau bahkan lebih murah. Hal ini menunjukkan bahwa pembangkit listrik dari EBT bisa lebih kompetitif. Dengan demikian, pemerintah memiliki alasan kuat untuk menjadikan EBT sebagai sumber energi.

Dengan Harga batu bara acuan (HBA) berkisar antara US$ 125 – US$ 130 per ton, maka harga listrik dari EBT sudah dapat bersaing dengan harga listrik berbasis fosil. Dengan demikian, EBT sudah dapat masuk skala keekonomian dan menjadi sebuah pilihan yang kompetitif dibandingkan dengan energi fosil.

Exit mobile version