Home Berita Netanyahu Mengancam Hizbullah dan Siap Mengubah Lebanon Seperti Gaza

Netanyahu Mengancam Hizbullah dan Siap Mengubah Lebanon Seperti Gaza

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan Hizbullah untuk tidak memulai perang Lebanon ketiga dengan Israel. Ini terjadi beberapa jam setelah kelompok proksi Iran itu melakukan serangan rudal yang menewaskan seorang pria Israel berusia 60 tahun di Israel utara.

Hal ini disampaikannya saat berkunjung ke Markas Komando Utara IDF bersama dengan Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan Kepala Staf IDF Letjen. Herzi Halevi dan kepala sektor itu Mayjen Ori Gordin.

“Jika Hizbullah memilih untuk memulai perang habis-habisan, maka mereka akan mengubah Beirut dan Lebanon Selatan, tidak jauh dari sini, menjadi Gaza dan Khan Younis. Kami bertekad untuk membawa kemenangan, dan kami akan melakukannya dengan bantuan Anda,” kata Netanyahu dikutip Jerusalem Post, Jumat (8/12/2023).

Netanyahu dan Gordin kemudian mengunjungi pasukan artileri di Galilea Atas, di mana mereka berbicara dengan tentara yang bertugas di perbatasan utara.

“Saya di sini bersama pasukan cadangan yang menunjukkan semangat besar dalam kesiapan mereka untuk berperang, menyelesaikan tugas, memulihkan keamanan, tidak hanya di selatan tetapi juga di utara. Ini adalah komitmen kami.”

Kunjungan Netanyahu ke wilayah utara terjadi ketika upaya diplomatik terus membendung insiden kekerasan lintas batas untuk memastikan hal tersebut tidak memicu perang habis-habisan, yang akan membuat Israel berperang di dua front.

Beberapa waktu belakangan, Hizbullah telah aktif berkonflik dengan Israel. Ini disebabkan dukungan kelompok itu kepada milisi Gaza Palestina, Hamas, yang sedang dalam perang dengan Tel Aviv.

Tak hanya Hizbullah, serangan ke Israel juga dilakukan kelompok penguasa Yaman, Houthi. Bersama dengan Hizbullah dan Hamas, Houthi juga menamakan dirinya sebagai poros perlawanan dengan tujuan untuk menghentikan agresi di Gaza.

Adapun investigasi yang dilakukan AFP terhadap serangan di Lebanon selatan pada 13 Oktober yang menewaskan seorang jurnalis Reuters dan melukai enam lainnya, termasuk dua dari AFP, menyimpulkan bahwa serangan tersebut melibatkan peluru tank yang hanya digunakan oleh tentara Israel di wilayah tersebut.

Exit mobile version